Aku terdiam. Tak ada yang bisa aku lakukan. Melihat wajah dan mata eliza yang memerah karena amarah. Aku hanya bisa terdiam dan terus membisu. "sekarang aku tau apa maumu!" kata eliza."kamu mau aku dengan zaky jadian kan? Kamu mau kami pacaran kan?" lanjut eliza denganpenuh emosi."Ok, kalau itu maumu! Aku akan turuti. ku harap kau tidak menyesal dengan kekonyolanmu ini" Sambung dia.Air matanya mulai deras mengalir dari pinggir matanya."Hiks...hiks..hiks.."tangisannya terasa sangat dalam sekali. Menusuk-nusuk hatiku. Merobek jantungku. Mengkoyak-koyak isi perutku hingga terasa mual. Dan tanpa terasa mataku juga mengeluarkan air yang sama yang juga keluar dari mata indah eliza.Setelah beberapa lama. Suasana hening. Yang terdengar hanya tarikan nafasnya yang dalam. Dia mulai mengatur emosinya yang sedari tadi meluap-luap. Kulihat ada setitik kekesalan di wajahnya.Eliza beranjak dari tempat duduknya."Liz!" aku memanggilnya lirih.lalu, dia berhenti tanpa menoleh kepadaku sama sekali."ada apa?" tanyanya sisnis."aku mencintaimu"Eliza tidak membalasnya. Dia lalu pergi begitu saja. Menjauh dariku. Semakin lama, semakin jauh hingga akhirnya dia menghilang dari pandanganku. Tinggallah aku sendiri. Sepi dan sunyi sudah pasti akan menemaniku. Esok, lusa atau bahkan selamanya.Aku terima kekesalannya padaku. Dia memang berhak marah, kesal atau bahkan membenciku.Apa yang ku lakukan pada eliza memang terlihat konyol. Bahkan sangat konyol dan tolol. Siapa yang tidak heran jika ada seseorang yang merelakan wanita yang sangat dicintainya untuk orang lain. Padahal wanita itu juga sangat mencintai dia.Sama sepertiku, Aku juga menjodohkan eliza - kekasihku - dengan zaky,sahabatku yang baru setengah tahun ku kenal. Tentu dia heran dengan sikapku ini. Dia pasti tidak habis pikir dengan apa yang aku lakukan. Dia pasti menganggap aku ini sudah gila.Tidak hanya dia saja. Joni, sari dan deni yang selalu mendukungku saja kini berbalik menyayangkan tindakanku, bahkan mereka menganggapku sudah gila. Tapi aku punya alasan lain, alasan yang menurutku terbaik bagi eliza.Aku takut dia tidak bahagia nantinya. Aku tidak mau dia menangis bila terus bersamaku. Aku juga tidak mau dia menangis ketika dia tahu bahwa aku tengah sakit keras. Aku tidak mau dia menagisi aku yang semakin lemah oleh penyakit keras yang sudah 1 tahun ini menggerogoti kesehatanku. Aku juga tidak mau dia meratapi aku yang tidak lama lagi akan terbujur kaku di keranda mayat. Aku tidak mau dia seperti itu. Oleh karena itu aku menjodohkannya dengan sahabatku. Agar suatu saat nanti ketika aku mati, dia telah bahagia dengan yang lain. Dia tidak perlu merasa sepi dan sendiri karena aku mati.Dua bulan berlalu, sakit yang ku derita semakin parah. Seluruh tubuhku terasa sangat lemah. Mungkin inilah detik-detik terakhir dalam hidupku. Waktu dimana aku harus kembali kepada Sang pencipta. Walau begitu, aku tetap bahagia. Usahaku ternyata tidak sia-sia. Menjodohkan eliza dengan zaky adalah pilihan yang tepat. Aku yakin itu.5 minggu lalu mungkin dia masih kesal denganku. Tidak pernah kulihat senyumannya lagi saat itu. Aku sempat menyesali keputusanku. Tapi ternyata zaky mampu merubah sikap eliza itu. Zaky memang orang baik dan lembut hatinya. Dia bisa memperlakukan eliza dengan sangat lembut hingga akhirnya hati eliza pun luluh. Aku melihat wajahnya kembali dan selalu berseri, senyumnya pun semakin lebar. Ku melihat Eliza sangat bahagia, bahkan lebih bahagia ketimbang bersamaku dulu.3 bulan lagi dia akan menikah dengan zaky. Dia memberitahuku lewat telepon. Dia tidak bisa menemuiku yang sudah 2 minggu berada dirumah sakit karena kesibukannya mengurusi pesta pernikahannya dengan Zaky. Aku mengucapkan selamat kepadanya. Aku juga bilang padanya bahwa aku mungkin tidak bisa hadir karena kesehatanku belum pulih. Bahkan mungkin tidak akan pernah pulih. Aku tidak yakin akan bertahan sampai selama itu dengan penyakitku yang kurasa semakin bertambah parah ini. Aku hanya bisa mendoakan mereka dari tempatku berbaring sekarang. Setidaknya aku melakukan sesuatu dan mungkin yang terakhir untuk Eliza dan Zaky.
Sabtu, 10 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar