BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Jumat, 30 Oktober 2009

CERPEN "MENTARI (SECTION ONE)

MENTARI (SECTION ONE)
Mentari !! yahhh.. mentari!! Mentari adalah cahaya yang mengiringi jatuhnya embun dipagi hari. Pada cerita kali ini, mentari adalah sebuah nama, sebuah kisah yang entah kapan berakhirnya kisah tersebut. Nich dia kisahnya!!!
Mentari adalah salah seorang anak yang periang di sekolahnya. Tapi entah mengapa belakangan ini dia tidak seperti biasanya. Dia terlihat murung dan mungkin beberapa minggu ini dia sering tidak sekolah karna sakit-sakitan. Ada apa dengan mentari????
Entahlah, entah apa yang terjadi pada dirinya. Mungkin yang tau apa yang terjadi pada dirinya hanya dia dan allah saja.
Sampai pada suatu sa’at terjadi kehebohan disekolah. Yah!! Kehebohan apa lagi kalau bukan kehebohan kakak kelas yang melabrak adek kelasnya.
“heii kamu!! Kamu pikir kamu itu siapa!!! Kamu husni kan?? Anak kelas satu yang sok kecakepan!!! Kamu tau enggak??? Putra itu cowoknya mentari!!! Kamu ngapain juga pacaran ama dia?? Dasar cewek bego!!!” kata peni. Peni adalah salah satu sahabat dekatnya mentari.
“ma’af kak!! Husni enggak tau kak!! Husni enggak tau masalahnya apa???” kata husni. Husni adalah salah satu siswi baru disekolah tersebut.
“yaudahh ahkk!! Terserah kamu!! Pokoknya kamu jangan deketin putra lage!! Ok!!! Gara-gara kamu gini trus!! Kamu dekat ama fitra!! Ceweknya fitra tuch!! Si mentari jadi sakit tauhh!! Dia sedih terus!!!”kata peni dengan emosi yang tinggi.
“iah kak iahhh” kata husni dengan rasa takut.
Beberapa sa’at kemudian peni dan teman temannya pun pergi dari husni. Dan kemudian ulfa teman dekatnya husni yang telah melihat kejadian tersebut menghampirinya dan berkata “husni, kamu kenapa??? Kamu ada masalah apa dengan anak kelas dua itu????”
“husni sendiri enggak tau apa yang terjadi, katanya husni enggak boleh lagi deket ama kak putra!!” kata husni dengan rasa tak bersalahnya.
“hahhhhh?????? Kak putra kan cowok mu?????? Mang kenapa enggak boleh????”katanya dengan heran.
“enggak tau!!” kata husni sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“ini tidak bisa dibiarkan terus menerus seperti ini!!! (kata ulfa sambil berfikir) kita harus mencari seseorang yang kuat!! Seseorang yang lebih tinggi tingkatannya dari kita!! Agar bisa menyelesaiin masalah kita!! Bagaimana kalau kita kaduin aja dengan kak “ucha”!! nahh dia kan anak kelas tiga apa lagi kita dekat dengan dia. Dia kan kakak yang membina kita waktu kita MOS!! Hmm ayo!! Sekarang kita langsung saja kek kelas 3ipa1!!! Kita katakana semuanya!!”
Husni dan ulfa bergegas menuju kelas 3ipa1 untuk mencari kakak kelasnya yang bernama ucha. Yah!1 mereka berharap agar ucha dapat menyelesaikan masalahnya. Apa lagi mereka berdua sudah menganggap ucha sebagai kakaknya sendiri. Maklum ucha adalah anak yang ramah.
Sambil lewat didepan kelas 3 ipa1. Mereka melihat ucha lagi main gitar baren teman-temannya yang cowok.
“asalamu’alaikum!! Kakk!! Kakk ucha!!! Sini dulu!!!” kata ulfa dengan tergesah-gesah.
Kemudian ucha pun menghampirinya “ada apa adek??”katanya dengan tenang.
“hmm ciehhh-ciiehhh!!! Keren !! cewek maen gitar!!! Kata ulfa dengan ledekannya.
“ahh kamu bisa ajah!!! Adoww ada apa ce manggil kakak??”kata ucha dengan rasa penasaran.
Kemudian ulfa menceritakan semua hal yang tadi terjadi kepada kakak kelasnya ucha.
“oohh jadi gitu masalahnya?????? Yaudah entar kakak bantu nyelesain ya!!” kata ucha. Tiba-tiba temannya yang sok tau dan sok lebai dating. Yah siapa lagi kalau bukan wita.
“aduuhh!! Ucha ada masalah apa ce?????? Kok ribut gene!!!”kata wita.
Hmm karna ucha tau temannya ini seperti apa makanya dia hanya berpura-pura enggak tau dan mengatakan “hmmmmm,, enggakk-enggak ada pap (langsung di potong ulfa)
“adooww!!! Nahh gene loch kak lowi…(dia menceritakan semuanya)
“oohhhh!! Geto ceritanya yaudahh kita berdua entar investigasi tyu anak!!!” kata lowi.
“makasihh ya kakak-kakakkuhh tersayoong!!”kata ulfa dan husni.
“iahh.. iahh dasar klu ada maunya ajahh!!” kata lowi.
“hmm yaudah sono masuk!!! Bel udah bunyi”kata ucah.
Ternyata ucha dan nurul memiliki rencana supaya masalah ini cepar selesai dan tidak berlarut-larut. Mereka berdua berncana untuk mengumpulkan semua orang yang terlibat dalam masalah tersebut. Dan dengan niat agar masalah ini cepat selesai supaya tidak terjadi kesalah pahaman diantara mereka lagi. Waktu berjalan terus!! Sudah tiga hari lebih!! Mereka berdua kesulitan untuk mengumpulkan semua yang terlibat dalam masalah tersebut.
“alahh makk jang!!!! Gemanalah masalah ini mo kelar si mentari belum juga masuk-masuk!!” kata lowi.
“adowww sapa bilang hari ini mentari datang tau!!!! Yaudah kamu panggil sono!! Kamu kakak kelasnya waktu smp!!”kata ucha
Dan kemudian lowipun bersegegas pergi.
“mentari!!! Gene!!! Kami berdua mau Tanya!! Adek ada masalah apa sih dengan anak kelas satu yang namanya husni??? Ma’af ya dek klu kakak berdua melibatkan diri dalam masalah kalian!! Karna husni cerita ama kakak!! Setiap hari dia itu dilabrak ama teman-teman kamu!!,, hmm satu lagi!! Kenapa kamu enggak mau putus dengan putra???? Kan kalian masih dalam masa pacaran dekk!! Kan belum nikah!! Jadi bebas dump!!! Klu dia mau putus dari kamu!!1” kata ucha dengan tenang.
“kakak!! Kakak enggak tau apa yang terjadi dengan aku!!! Aku,,,,,,, aku…!!!!! Aku itu hancur kak!!! Aku hancurrr!!!!!! Akuuu.. akuuu!!!!!”kata mentari sambil berlinang air mata.
“yaudah dechh!!! Klu mentari blum bisa jawab sekarang ya !!! enggak apa-apa kok!! Entar pulang sekolah saja kita omongin semuanya ya!! Disana ada putra, husni, peni dan yang lainnya ok!!!” kata lowi.
Beberapa sa’at kemudian jam pulang pun berbunyi. Semuanya telah dikumpulkan!! Seolah-olah ingin mempercepat masalah ini selesai. Siding pun di mulai.
“nahh sekarang kakak-kakak hanyalah penengah bagi masalah kalian, jadi katakana saja apa yang sebenarnya terjadi” kata ucha.
“mentari kamu knapa enggak mau putus dengan putra???? Emangnya kamu ada masalah apa dengan dia???”kata lowi.
(tiba-tiba pada waktu itu putra dipanggil ama penjaga sekolah.. lalu dia pun keluar dan disana hanya ada mentari , ucha, husni, lowi dan peni temannya mentari)
“ma’af kak!!! Ma’afkan aku sebenarnya aku tidak bisa mengatakan hal ini dengan orang lain kak!!! Sebenarnya!!!! Sebenarnya,,,, akuuu…… akuuu……. Aduuchhh aku enggak bisa mengatakannya kak!!!! Aku mohonn biarlah peni yang mengatakan semuanya !!! karna aku malu dengan diriku sendiri untuk mengatakan hal ini kak!!! Ma’af kak!!!! Tapi aku harus mengatakan hal ini semua dengan kakakk!!! Aku capek!!! Dalam masalah ini seolah-olah aku yang bersalah!! Aku ingin kalian tau semuanya”kata mentari dengan rasa takut
“mentariii… kamu yakinn ???? aku yang mengatakan ini semua pada mereka????????(kemudian mentari menganggukkan kepalanya) sebenarrrnya…… sebenarnya…… mentari dannnn putra……. Mereka…… mereka……….pernahhhhh melakukan hubungan seksual” kali peni.
“apaaaaaaaa???” kata semua dengan rasa heran
“yahhh begitulah yang sebenaranya kak!!! Aku capekk!! Aku harus jujur!! Karna kalian seolah-olah memojokkkan kuhh!!!! Buat husni!! Ma’afin kakakk dekk!!! Kakakk bukan bermaksuh jahad dengan kamu!! Kakak bermaksud baik dengan kamu!! Makanya kakak suruh kamu jauhin dia, supaya kamu enggak mengalami nasip yang sama seperti kakak” kata mentari dengan berlinang air mata.
Hahhhhh ma’af aku hanya bisa melanjutkan ceritanya sampai disini saja. Tapi setelah kejadian itu mentari pindah kesekolah lain karna disaranka oleh ucha. Kana menurut ucha dari pada sampai pihak sekolah tau akan semuanya dan dari pada dia dikeluarkan secara tidak hormat. Hmmmmmm sampai sekarang mungkin hanya sebahagian saja yang mengetauhui masalah ini. Tapi yang di bingungkan padahal si husni telah mengetahui siapa putra sebenarnya dan bahkan!! Putra telah member taunya langsung!!! Tapi yang buat bingung kenapa juga husni mau tetap dekat dengan putra!!! Yang jelas-jelas telah merengut keperawanan anak orang!! Hahhh aneechhh

Kamis, 29 Oktober 2009

ubahanallahhhh masa gara-gara ikan goreng hamper saja rusak persahabatanku.

Subahanallahhhh masa gara-gara ikan goreng hamper saja rusak persahabatanku.
Hahahah memang hari ini adalah hari yang menyenangkan. Maklum siswa-siswi man 1 pekanbarukan anaknya pada suka gila-gilaan klu dengar yang namanya istirahat. Hari ini tanggal 27 bulan oktober 2009 adalah hari yang paling berkesan.
Kejadiannya di mulai dari waktu istirahat. Istirahat disekolahku dimulai dari jam 12 siang. Maklumi dan maklumat aja!!! Anak” pada enggak ada yang boleh kekantin sebelum salat zuhur berjamaah.
Hahhhhh
Akhirnya salat berjamaah juga. Hmm setelah itu pembacaan asmaulhusna secara berjamaah. Hhhmmm pembacaannya begitu hikmat. Setelah pembacaan asmaulhusna kemudian diiringi dengan pembacaan kultum. Yang dibawakan oleh pak raini.
Hmmm PAK RAINI ya !!! pak raini!! Nama yang aneh bukan? Tapi bapak ini termasuk salah satu guru faforitku loch!!! Ustadnya cerdas!!! Pinter tilawah al-quraan!! Suaranya bagus lage!! Apa lagi klu dia ngaji make irama shabah!!! Sangad menusuk di hati dan di jantungku. (hallahhh lebaii dikitt yee)

Klu enggak salah isi ceramanya tentang ibu!!! Hmm ternyata jadi wanita itu susah!!
Ada 3 hal yang tidak dapat dilakukan laki=laki dan hal itu dapat dilakukan oleh wanita
1. Mengandung
2. Melahirkan
3. Menyusui
Hmmm jadi berbanggalah kita sebagai wanitaaaa
Tiga banding satu loochhhh!!! Derajad kita ama laki-laki!!!!
Hmm setelah usai mendengarkan ceramah!!! Yahhh nyerbu dachh ke kantinn!!! Aku kewarung langgananku!!! Namanya warung bunda!!!
“bunda biasa!!”
Yahh kata” itu yang slalu ku ucapkan. Yahh menunya biasa lauknya 2 tapi enggak pake nasi!!! Maklum diet karbohidrat!!! Jadi bunta kantin, ngambilin ikan patin goreng ama ayam saos!! Hmmm setelah itu aku menuju tempat atoo meja makan kantin yang telah di booking ama nova dan asma!!! Yaudahh waktu jalan menuju ke situ aku ngeliat ada ayam bakar medan!!! Hmmm katanya namanya itu tapi yang penting ayam bakarlahh!! Bauunya masya allahhh!! Subbahanallahh enakk bangddd baunya!!!!!
Yaudahh ambilll!!!!!!!!!!!!!!!!
“gita-gita beliin itu dump!! Nich uang ima!! Tha yang bayar ya!!!! Ima segan ta!! Alna ima udah blanja tadii!!’sigita!!
“iahhh.. iahhh mau bagian yang mana paha, sayap atoo dada”kata gita
Terserah aja dachhhh……
Yaudahh akhirna di ambilin ama emang dachh gita adalah teman yang baik. Hmm setelahh ituuu, aku dudukkk!!1
Karna melihat piringku penuh dengan 2 potong ayam dan 1 potong ikan!! Aku ambil ikan goreng itu, lalu aku letakkan di piring asma.
“apalahhh timeehh!! Nuee!! Ehh banyakk kale haaa!!! Nda abiezz nantikk dowwww”kata asma
“ambil ajalah jangan malu-malu” kataku
“ehhh enggakk dowww!!!!
Karna disana ada jamilus. Yaudah ditawari aja ama jamiluss. Hmmm ternyata jamilus nolak. Setelah itu di taroknya lagi di piring si asma.
Hmmm ada rioo!!!! Baru ngambil nasi.
“kasihh rio aja” kata ku
Truss si asma dimasukinnya ikan goreng tersebut kedalam piring makannya rio. Hmmmm ternyata rio menolak!!!

Jahhh beberapa detik kemudian ada si Irwin.
“hmm irwinn kita temankan??/ nuee hahhh!! Tolonglah aku makan ini!!” kataku
“hehhh apalahh nueeee!!! Nda mau aku doowww!!!! Makan ajalah ama koo!!”katanya
“yaudalah klu enggak mau ingat ya hare ini kita gara” ikan goreng persahabatan kita sumbing nue” kataku
“matiilahh biar ajalahh aku dachh kenyang”kananya

Hahhhhhh walhasil ikan goreng tersebut akhirnya di buang juga
Hahhhh
Terserahhh lahhh

Minggu, 11 Oktober 2009

cerpen "FIRASAT SANG BUNDA"

Kasih ibu kepada beta
Kasih ibu kepada beta,tak terhingga sepanjang masa
Hanya member, tak harap kembali
Bagai sangsurya, menyinari dunia

Sinar mentari yang cerah, masuk melalui celah-celah kamar seorang ibu yang tengah menuturkan do”a kepada tuhannya.
“ya allah, ampunilah kesalahan anakku pada waktu ia masih hidup ya allah,,, tempatkanlah dia disisimu yang paling baik ya allah” do’a sang ibu sambil bercucuran air mata.
“sudahlah buk… iklaskan saja Tio buk,,, mungkin ini sudah kehendak allah, mungkin ini yang terbaik buat keluarga kita” kata sang bapak sambil mengusap kepala istrinya.
Ketika itu anak mereka yang pertama yang bernama lintang, sedang mendengar pembicaraan ibu dan bapaknya didepan pintu kamar. Sembari hatinya berkata “kasian ibuk.. ibuk sangad sedih dengan kepergian Tio adikku. Ya allah berikanlah ketabahan kepada keluarga hamba ya allah”.

Memang hidup dan mati seseorang itu terletak pada garis kehidupan yang dintukan oleh Allah. Mungkin kita tidak dapat menentang takdir. Dan sesungguhnya kita ini adalah milik allah dan kelak kita semua akan kembali kepadanya.
Begitu juga dengan kisah ini. Sebuah keluarga yang diberikan allah cobaan yang sangad berat, dimana kehilangan seseorang keluarga yang sangat mereka cintai yang telah di panggil oleh allah untuk selama-lamanya.
Anak itu bernama Tio. Anak bungsu dari dua orang bersaudara. Hmmmmm,,, anak yang cukup baik, rajin beribadah, suka membantu orang tua, dan satu hal lagi rajin menabung (ckckckkc).
Cerita itu berawal dari akhir bulan ramadhan. Yahh bulan ramadhan !!!!! dimana pada waktu itu mereka berkumpul dikampung halamannya yang bertempat di daerah Sumatra barat.
“onnde badan ibuk rasanya sakin semua gara-gara seharian duduk didalam bis” kata sang bunda.
“aduchhh,,, ibuk…ibukkk,,, bukan ibuk saja yang punya badan!!! Kami semua juga pegel buk!!” sahut sang bapak sambil tersenyum.
“benerr tyu pak kita semuakan juga punya badan.. hahhhhahaha..” kata lintang sambil tertawa.
“heehh!! Kakakk!! Enggak boleh gitu tau ama ibuk!! (sambil berjalan mendekati ibunya) hmmm ibuk yang mana yang pegel buk!! Sini..sini,,, biar tio pijitin ya bundoku saying” kata tio dengan tersenyum.
“wew???? Bunda?????? Tumben manggil bunda!! Mau naik jajan ya??? Hahah napa enggak panggil mami aja biar jajan kamu bisa 50ribu sehari”sahutan lintang.
“hehhh kalian malah bertenkar!! Yaudah lintang sana masuk, angkatin barang-barang nya ya nak. Tio kamu kesini pijitin ibuk ya” kata sang ibu dengan tegas.
“ia.. buk” sahutan mereka berdua.
“ibuk.. ibukk.. kita berapa hari disini buk?(sambil memijat ibunya), jangan lama-lama ya buk, alna entar tio enggak bertah lagi disini buk”pungutan tio dengan tutur manja.
“iahh..nak iahh.. kita enggak akan lama kok disini, jadi tenang aja ya” kata sang ibu.
“hmmm kita kepantainya kapan buk?? Tio udah enggak sabar nich buk!!” kata tio.
“hmm besok aja ya nak, kepantainya. Soalnya kalau pergi sekarang ibuk masih capek nich” kata sang ibu.
“hmmmmmm yaudah dach, tapi janji ya buk”kata tio dengan tersenyum manis.

Keesokan harinya. Dipagi yang indah itu seharusnya terdengar suara burung yang indah berkicau dengan merdu. Tetapi tidak untuk pagi yang indah itu. Karna terdengar teriakan di belakang.
“ibuukk,,,…ibukkk… gimana nue??? Tio kan mau mandi!! Kok airnya enggak ada sich!!” teriakan tio.
“ya allah ni anak pagi-pagi buta gini udah teriak, yaudah kamu enggak usah aja mandi!! Gemana ada air, airnya itu harus digayung dulu!! Baru ada airnya!! Secara enggak mungkin kan airnya naik sendiri!!(sambil tertawa)” sahutan lintang.
“jahhh bawel banged ce??? Yang ditanya siapa!! Yang ngejawab siapa!!! Huuhh GUBRAK!!”sindiran Tio.

“hehhh..hehh!!! apa-apaan ini kok pada ribut sich??? Udah-udah. Siap –siap kitakan mau pergi kepantai!! Ayou cepat!!”kata sang ibu.
Hmmm memang yahh!! Susah banget tampaknya kalau punya anak kaya mereka berdua!! Alnya hobinya brantem!! Ckckck. Yang jadi ibunya sabar banged lagi.
“akhirrnya sampai juga!! Dipantai!! (sambil berpuisi) pantaii.. ohh panntaii!!! Kau sangad begitu indahh!! Sehingga membuatku terpesona!! Hahahah keren ya puisi nya!! “ teriakan lintang.
“hmmmm iah kak!! Indah banged ya!!! Hmm itu!!(sambil menunjuk kearah batu karang) itu apa kak!! Ko berkilau-kilau ya????”kata Tio dengan heran.
“APAAN CE???? Yang mana???” sahutan lintang.
“yang itu!!!( sambil belari kearah yang di maksud)”kata Tio sembari berlari.
Karna ibu melihat tio tiba-tiba berlari kemudian ibu meneriakinya “tioo!!! Kamu ngapin kesana nak???”
“enggak kok buu!! Cuma pengen lihat itu”teriakan Tio.
Pada waktu tio berlari, tiba-tiba saja dating ombak yang lumayan besar. Sehingga membuat sekujur tubuh tio basah kuyup.
“hahahahahahhah makanya kalau dilarang jangan kesana yah jangan kesana!!”kata lintang sambil menertawakannya.
Lintang merogoh sakunya, kemudian dia mengeluarkan handphone nya, yang sudah basah. “jahhhh hapeku!!! Enggak aktif lage!!!! (kemudian dia matikan dan menghidupkan handphonenya kembali) horee ternyata aktif!! Tapi…. Kok singalna enggak ada ya????”kata Tio dengan nada kecewa.
“yyaaaeeyalahhh klu ape kena aer mang kaya geto” sahutan kakak nya lintang.
Sejak kejadian itu, Tio selalu mendesak ibunya untuk pulang. Walaupun sebenarnya tidak ada satupun orang yang tau, apa alasannya untuk pulang.
“aducchh nakkk kita kan pulangnya kan hari kamis!! Kok kamu mintak pulangnya sekarang sich??”kata sang ibu sambil memberikan pengertian.
“iahh buk Tio tau buk!!! Tapi kalau ibuk mau pulangnya hari kamis enggak apapa kok!! Biar aja Tio pulang pakai motor dengan mas riski (mas riski adalah sepupunya) lagian mas riski katanya mau pergi kerumah kita kan pake motor!!” kata tio.
“tapi.. nakk !!! perjalanan dari sini itu ke rumah kita itu 8 jam nak,,!! Ibuk takut nanti kamu kenapa-kenapa!!! Lagian mas riski mu itu kalau bawa motor kan kencengnya kaya burok lewat nak!!! Enggak kelihatan!!”kata sang ibu.
“pokoknya tio mau pulang besok!!! Besokk!! Besokk!!! Pokoknya besok!!! Titik!!!” kata tio dengan tegas.
“yaudah tapi kamu janji ya nak!! Banyak baca doa ya!!” kata sang ibu dengan terpaksa.
Keesokan harinya Tio bersiap-siap untuk pulang kerumah. Dia telah menyiapkan segalanya dengan baik dan tepat.
“bismillahh hari ini perjalanan dengan mengendarai motor pulang”kata tio.
“semua orang pada bilang ati-ati nichh!! Tapi aku bilang jantung” aja ya!!! Hahahah” kata si lintang dengan bercandaan.
“hati-hati ya nak!! Do’a ibu akan selalu menyertaimu”kata sang ibu.
“iahh bukk… tenang aja” sahutan Tio.
Hmmmmm memang saat tyu nasip yang kurang baik menimpa Tio. Karna pada waktu itu dia dan saudaranya melewati jalan yang rawan akan kecelakaan. Apa lagi cuaca pada hari itu sangat buruk sehingga motor yang membawanya tergelincir. Dan badannya jatuh terpental-pental.
Sungguh naas nasip yang menimpa Tio. Sehingga sampai enam hari ia tidak sadarkan diri dirumah sakit. Dan akhirnya pun ia meninggal.
Sungguh sangad seddih nasip yang menimpa keluarganya, teman-temannya dan orang –orang yang mencintainya. Sehingga ia harus meninggalkan segalanya.
Jadi seorang ibu itu memiliki firasat yang sangat kuat terhadap apa yang akan terjadi pada anaknya. Seorang ibu tau apa yang terbaik dan apa yang tidak untuk anaknya. Jadi janganlah durhaka kepada sang bunda. Karna ridhanya allah adalah ridha orang tuamu. Dan murkanya allah adalah murka orang tuamu.

Sabtu, 10 Oktober 2009


tik...tik,,,tik,,,
bunyi waktu yang tak bisa aku hentikan..
sekarang.....
aku telah lelah gelisa
aku telah lelah menangis
aku telah lelah sedih
aku telah lelah menantimu
aku telah lelah mengharapmu
aku telah lelah membodohi diriku
dan aku telah lelah menyesali diriku

heiii..!!!!
haiii... kau..!!!
ya kauu..!!!!
kau tau di mana kekasihku????
ya.. kekasihku... kekasihh hatiku.,..
aku sangad merindukannya....
apa kau tau dimana dia??

hanya itu..!!!!
ya... hanya itu yang ingin ku tau..
tetapi.....
setiap aku bertanya hal itu
mengapa kalian semua melihatku dengan wajah seperti itu??
mengapa kalian melihatku seolah-olah mencemooh ku
mengejekk ku.!!!
menertawakanku!!!
mengasihaniku!!!!

ya allahhh..
apakah ini akibat dari kebodohanku
yang belum bisa merelakannya??
yang telah engkau panggil untuk selama-lamanya\maafkan aku ya allah
maaf kan aku ya allahh


yahhhhh
demikian lahh puisi itu aku buat dengan setulus hatiku

hmmmmmm
kakasihh yang ilang yang di panggil tuhan buat slama-lamanya

itu puisi yang aku bacakan d"depan kelas
pada waktu pengambilan nilai puisi d"kelasku

selama ini baru pertama inilah aku membacakan puisi
dengan berlinang air mata, dengan disanjung ama teman satu kelas ku
d"beri tepuk tangan yang sangat meriah oleh guruku

yahhh
semua itu bukanlah sandiwara untuk mendapatkan nilai yang bagus
tetapi semua itu adalah isi dan ungkapan perasaanku
mengeluarkan isi hatiku
akan kehilangan seorang kekasih
yahhh... aku kehilangan kekasihh
yang d"jemput oleh sang pencipta untuk selama-lamanya

miss u vicoo
love u so muchh
too dandung vico merdikawan
(18-08-1992----1 oktober 2009

cinta pertama

Hari itu aku baru pindah sekolah di daerah Bogor. "Hai, namaku Renita Maharani...panggil saja aku Rani. Aku pindahan dari Jakarta" ucapku saat memperkanalkan diri di depan kelas. Saat itu tanggapan teman-teman sangatlah baik, mereka semua ramah. Saat jam istirahat mereka ajak aku untuk bermain bersama. Senang sekali rasanya temanku bertambah lagi.
Aku lahir di Madiun salah satu kota di Jawa Timur. Ayahku kerja di sebuah perusahaan kontraktor. Karena pekerjaan ayahku sejak kecil aku dan keluargaku hidup berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, salah satunya Jakarta. Aku punya banyak teman di daerah-daerah yang pernah aku singgahi.
Ada salah satu teman yang menarik perhatian aku. Dia ganteng, pintar namun sedikit pendiam dan agak ketus nama Vian, lengkapnya Alvian Ananto. Aku sendiri mungkin termasuk orang yang agak susah untuk bergaul walaupun aku memiliki banyak teman. Saat itu entah kenapa aku punya keberanian untuk menegurnya "hai, namaku Rani. namamu Vian kan?" tanyaku "Hai juga" jawabnya "Ada apa panggil aku?". "Ya ampun ketus banget orang ini bener kata temen-temen" keluhku dalam hati.
"Gak ada apa-apa... cuma mau ajak kenalan aja. Lagi pula aku kan duduknya di depan kamu, masa kita gak saling tegur sapa." ucapku lirih, tapi reaksinya hanya membulatkan mulutnya seraya keluar kata "Oooooo". Akhirnya akupun hanya bisa diam membisu.
Teng...teng.... bel pulang sekolah berbunyi waktunya pulang. Aku dan teman-teman bergegas untuk membereskan buku dan segera pulang. Jarak sekolah ke rumah aku tidak terlalu jauh, bisa ditempuh dengan angkot setengah jam. Keluar sekolah akupun segera menuju jalan tempat pemberhentian angkot.
Ada satu angkot berhenti di depan aku, tapi angkot itukan udah penuh. Tiba-tiba ada yang keluar dari angkot dan mempersilahkan aku untuk duduk di tempatnya. Saat aku lihat orang itu ternyata "Vian" terucap namanya di bibirku. Ternyata dia baik juga. Pipiku pun memerah dibuatnya karena tersanjung. Angkotpun akhirnya berlalu dan dia pun bergelantung di pintu angkot.
Tak lama satu penumpang yang ada di sebelah aku turun dan Vian akhirnya masuk dan duduk di sebelah aku. Awalnya kita berdua hanya diam membisu sampai pada akhirnya "Turun dimana?" tanyanya padaku. "Jalan Mawar" sahutku " kalau kamu turun dimana?" "Jalan Anggrek, berarti kita satu komplek donk" Ya ternyata rumah kami memang satu komplek, dan hanya selisih satu gang. Dalam hati aku sangatlah senang karena ada kemungkinan kita berangkat dan pulang sekolah bareng.
Memang benar sejak saat itu kita selalu pulang dan pergi bersama. Bahkan beredar kabar diantara teman-teman kalau aku dan Vian jadian. Sendainya itu benar karena memang itu yang aku harapkan, tapi sampai saat ini gak pernah ada kata-kata 'aku sayang kamu...mau gak jadi pacar aku'. 'Huh....' perasaan ini bikin aku penasaran dan sampai akhirnya aku ngambek dan menghindar dari dia. Aku merasa perasaan aku digantung sama dia. Kita gak pernah lagi pulang bareng.
Sekarang aku begitu merindukan saat-saat bisa bercanda bersama. Aku perharap bisa deket lagi sama dia. Banyak teman yang menanyakan 'Vian mana?' 'kok gak bareng sich?' 'kalian putus?' pertanyaan yang juga gak bisa aku jawab karena kita memang gak pernah jadian.
Sampai lulus sekolah aku tetap masih sayang sama dia. Penyesalan memang selalu datang belakangan. Seandainya saat itu aku tidak berharap terlalu banyak, atau setidaknya aku bisa jujur tentang perasaanku mungkin aku mungkin aku gak akan kehilangan momen cinta pertama aku.

ini akkuhh

Aku melayangkan pandangan ke birunya langit. Awan putih gemuk bergumul, sebagian berpendar keperakan memantulkan cahaya matahari. Dengan latar langit biru yang sedikit diselaputi serabut awan. Kulihat pemandangan di depanku, tertangkap bayangan sebuah gundukan tanah dan menetes air mataku tanpa kukehendaki, seperti gerak refleks bagi tubuhku. Ini langit yang sama seperti waktu itu, aku ingat jelas. Tidak mungkin aku melupakannya detilnya setitikpun. Hari ini tidak ada lagi mata bening indahnya dan tatapan jahilnya mewarnai hariku. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan hidup tanpa melihat mata indahnya bersinar nakal dan sekarang ini semua terjadi. Terbayang lagi urutan adegan yang membawaku sampai ke titik ini, hingga klimaks yang mengantarku ke tempat ini, hari ini.

”Aku jadi peran utama? Aku jadi Giselle?” Aku menatap tak percaya Bu Samina, pelatih balletku. Beliau telah memilih para pemain yang akan mementaskan lakon Giselle. Beliau sengaja mengumpulkan para muridnya di aula utama gedung untuk mengumumkannya dan ternyata aku mendapat kejutan indah.
Nina menyikutku genit. ”Maila, selamat ya! Akhirnya impianlu terkabul! Jadi juga lu nempatin peran utama setelah beribu-ribu kali gagal!”
Aku merengut. ”Jangan gitu dong lu! Nggak sebanyak itu kali!”
Nina cuma nyengir, “Eh iya, kasih tahu cowoklu gih! Manatahu kali ini dia mengakui bakat dan kehebatanlu!”
”Ligo?” Aku tertawa skeptis, “Dia aja nggak suka gue resital balet biasa Na! Apalagi ini, dipasang-pasangin sama cowok! Duh nggak mungkin deh dia bolehin, dia pasti langsung negatif thinking!”
”Coba aja kasih tahu dulu! Dia kan nggak berhak ngekang bakat dan minatlu! Sekarang kan lu dapat peran utama, kali aja dia sadar!” Nina menyarankan. “Lagian gue mulai bisa baca kenapa cowoklu kesel lu balet! Dia kelewat jealous kali!” Nina tersenyum menggodaku. “Yang jadi pasanganlu kak Andro loh, si pangeran tampan itu!”
“Jealous kek lipgloss kek nachos kek, itu kan bukan hak dia ngelarang-larang gue ngembangin bakat dan minat gue! Gue juga ngerasa kok dia diktator!” Cemberutku, mulai kesal mengingat tingkah egoisnya Ligo pacarku. “Apa emang dia bukan pacar yang baik ya?”

Gerimis mewarnai suasana, titik-titik air menempel di bagian luar kaca jendela mobil, memantulkan bias cahaya indah. Didalamnya aku hanya bisa melirik Ligo yang serius menyetir, merasa serba salah. Aku akui, bias bening cahaya yang dipendarkan berjuta tetes air itu tidak dapat mengalahkan bening indahnya bias mata Ligo yang sedang serius ini. Aku selalu jatuh cinta pada mata indahnya, lebih dalam dari lautan dan lebih berkilau daripada permata.
“Apaan sih? Dari tadi ngelirik mulu? Kalo mau ngomong-ngomong aja!” Ligo mulai curiga dengan gelagatku.
Dengan pesimistis kuberitahu, “Ligo…aku bakal ikut resital balet lagi! Kali ini aku jadi peran utama di lakon Giselle!”
“Oh, bagus dong!” Ligo menjawab dengan nada skeptis. “Peran cowoknya siapa?” Seringaian meledeknya itu yang aku tidak bisa terima. Aku benar-benar kesal sekarang, pacar yang baik seharusnya ikut senang, bahkan bangga kan kalau bakatku mulai berkembang dan diakui.
“Tuh kan! Kamu kok gitu sih! Dukung kek! Pacar apaan tuh kayak gitu! Harusnya kamu itu ikut senang!” Aku menuntut. Aku kecewa dengan tanggapannya, aku mulai merasa Ligo bukan pacar yang baik untukku.
“Harus ya?” Celotehnya cuek sambil masih terus memandang ke depan. “Kamu kan tahu aku nggak suka kamu balet! Tapi kamu nggak pernah peduli omongan aku kan?”
“Kamu yang nggak pernah peduli perasaan aku!” Balasku tegas.“Gimana aku mau nurut, kamu suruh aku keluar dari kursus balet, hal yang paling aku sukai! Kamu nggak peduli kan tentang bakatku? Minatku? Padahal aku sudah jatuh cinta pada balet sejak aku belum kenal kamu, asal kamu tau aja!” Celotehku pongah, merasa menang. Kebetulan saat itu kami sudah mencapai gerbang kampus, aku memaksa turun dengan sikap ngambek. “Ini aku kasih tiket resitalnya! Pokoknya kamu harus datang, jangan kayak kemarin-kemarin!” Pesanku galak. “Kalau nggak, KITA PUTUS!” Imbuhku, berniat menguji seberapa dalam cintanya padaku.

Aku memperhatikan pergeseran jarum waktu yang seolah menyeret lambat di jam dinding kamarku. Hari inilah aku harus mengeluarkan performaku yang sebaik-baiknya. Kemarin-kemarin aku sudah mempersiapkan diri, melulur tubuh, memfacial wajah, hanya untuk hari ini. Pada pukul sebelas nanti kami akan mementaskan lakon Giselle itu dan aku harus berada di lokasi pukul setengah delapan untuk persiapan. Dan sekarang aku sudah benar-benar siap untuk berangkat, padahal baru pukul setengah tujuh, orang gila mana yang sudah akan tiba dilokasi jika aku berangkat sekarang? Ah aku terlalu antusias! Selagi sibuk menunggu waktu cepat berjalan kudengar suara mobil yang kukenal. Aku segera menghampiri jendela kamarku penasaran.
“Ligo? Ngapain dia kesini?”

Aku diseret paksa, bagai tawanan. Aku dihempaskan ke kursi depan mobil dan Ligo langsung menguncinya.
“Aku mau ajak kamu bersenang-senang hari ini!” Ujarnya sambil menyeringai, ia mulai menyetir.
”Ligo, kamu apa-apaan sih? Hari ini aku resital tau!” Aku mengingatkan cemas.
Ligo terus menyetir mantap, ”Masa bodo dengan resital kamu! Aku pingin mengajak kamu ke apartemenku! Kamu akan suka disana, kamu bisa berenang gratis sepuasnya, menikmati pemandangannya yang indah, fasilitasnya yang lengkap! Kamu biasanya suka kan?”
“Kamu mau coba menggagalkan jalannya pentas ini ya?” Curigaku. ”Kamu segitu nggak sukanya kalau aku balet?” Aku menatapnya sinis dan ia terus memandang lurus ke depan dengan pandangan optimis yang mantap, mengunci mulutnya . ”Aku nggak nyangka kamu seegois ini!” Ia tetap tak memperdulikanku, wajahnya masih bersinar ceria, aku mulai kesal dan memantapkan suara hatiku. “Kita putus!”
“Apa?”Barulah Ligo tersentak dan menoleh padaku. “Tapi kamu harus tunggu sampai…”
“Balet itu sudah jadi bagian dari diriku! Jadi kalau kamu nggak bisa terima baletku, berarti kamu nggak bisa terima aku apa adanya! Aku kecewa sama kamu!” Aku meledak, memuncratkan omelanku. Ligo jelas sekali terlihat terluka. ”Dan rencana kamu ini…jelas sekali memperlihatkan keegoisan kamu! Hebat sekali kamu berniat membatalkan pentas yang sudah kami persiapkan ini! Kamu pasti tidak memikirkan kan jerih payah kami yang mempersiapkannya? Banyak orang yang terlibat di dalamnya dan menggantungkan harapan pada pentas ini! Nggak pernah terfikir kan? Karena kamu cuma peduli diri kamu sendiri!” Bentakku emosi, tak terasa air mataku menetes. Ternyata emosiku benar-benar meledak kali ini. Ligo sepertinya mulai stress dan hilang konsentrasinya, ia mulai bingung antara memotong celotehanku dengan mengatur laju mobil. ”LIGO, AWASSS!” Aku terhenyak melihat sosok truk di depan, siap menghempas kami berdua dalam mobil.
“BRAAAAAK!” Aku ingat suara berdebum kencang itu, kaca-kaca yang pecah berpencar menjadi puing, kedua mataku terasa sakit sebelum semua akhirnya berubah gelap.

Kepalaku pening, aku mulai ingat tadi Ligo sempat membanting kemudi hingga mobil terjungkang jatuh ke bahu jalan tol yang rimbun menurun. Aku sendiri tidak yakin aku sudah sadar karena semua masih gelap, tapi aku dapat mendengar suara sekitar.
“Ligo! Aku takut…kamu dimana?” Lirihku lemah.
“Urrgh!” Mulai terdengar suara lemahnya. ”K..kamu nggak apa-apa Maila?” Terasa sentuhannya membelai dahiku lembut, aku mulai tenang menyadari aku tak sendiri. ”Tenang ya…aku disini!”
”Gelap!” Keluhku. Aku merasa tubuhku terangkat, mungkin ia membopongku. Pasti sepi disini, bahu jalan itu seingatku sudah seperti hutan rimbunnya.
”Kamu tenang ya! Aku akan cari pertolongan!” Aku bisa merasakan ia tidak dengan mudah membopongku, terasa usaha kerasnya menahan sakit. Aku sendiri khawatir padanya, tapi aku tidak dapat melihatnya, entah kenapa dengan mata ini. Perlahan ketajaman inderaku memudar, aku sudah terlalu lelah untuk mempertahankan kesadaran.

Aku merasa ada di tempat yang berbeda. Ruangan ini terasa lebih nyaman dan sejuk, terdengar bunyi mesin yang menakutkan seolah menghitung setiap detik waktu hidupku.
”Aku dimana?” Aku bertanya bingung.
“Syukurlah nak! Kamu sudah sadar!” Terdengar suara lembut wanita yang kukenali, ibuku.
Tunggu, aku sudah sadar? Berarti seharusnya aku sudah bisa membuka mataku dan melihat sekeliling, tapi kenapa semua masih gelap?
”Bu, kenapa semuanya gelap? Ada apa dengan mataku?” Aku mulai panik, aku bisa merasa atmosfir menyedihkan di ruangan ini, semua menatap kasihan padaku. “Mataku kenapa? Ligo dimana?”
“Tenang nak! Tenang!” Suara ibu terdengar gemetar.
“Dimana Ligo, dia nggak apa-apa kan bu?” Aku mulai seperti orang linglung, histeris.
Terdengar derap langkah terburu-buru memasuki ruangan. ”Ibu, donor mata yang cocok sudah ditemukan! Maila harus segera dibawa ke ruang operasi !” Suara berat itu terdengar berwibawa dan berintelektualitas tinggi.

Aku tidak sabar menunggu hari ini, perban mataku akan dibuka setelah merasakan beberapa hari menjadi orang buta. Tidak nyaman hidup dalam kegelapan. Aku tidak sabar melihat kondisi Ligo yang seolah terus ditutup-tutupi keluargaku setiap aku menanyakannya. Mungkin ia perlu dukunganku untuk pulih, aku tidak sabar untuk menemuinya. Aku sudah melupakan kekesalanku padanya, yang teringat hanyalah jasanya membopongku sekuat tenaga untuk mencari pertolongan. Aku baru sadar begitu besar cintaku padanya ketika aku nyaris kehilangan dia. Aku akan sangat bersyukur jika aku kembali bisa melihat wajahnya, melupakan masalah yang lalu.Terdengar derap ringan memasuki kamar rawatku, pasti wanita, aku sudah bisa menggunakan instingku. Disusul derap langkah mantap lelaki paruh baya.
“Maila, kamu sudah siap?” Tanya suara berat yang berwibawa.
“Dokter, jadi mau buka sekarang?” Aku memastikan. ”Aku udah nunggu-nunggu!”Perlahan gelungan perbanku dibuka, selapis, dua lapis, setelah kepalaku terasa ringan bebas dari perban aku disuruh membuka mata perlahan. Aku mulai melihat samar-samar, semakin lama semakin jelas. Aku bisa belihat seraut wajah ibuku yang menangis terharu.
”Sudah bisa melihat jelas Maila? Apa yang kamu lihat?” Dokter pria itu memastikan.
”Ibu!” Aku tidak antusias untuk menjawab, lebih antusias untuk menghadapi ibuku, tapi sepertinya perkataanku sekaligus jawaban juga. “Ibu aku sudah bisa melihat!” Pekikku kegirangan.
“Syukurlah nak!” Ibuku membekap mulutnya, terharu.
“Ibu aku nggak sabar melihat Ligo! Dia dimana? Dirawat disini juga?” Aku bertanya heboh dan anehnya semua terdiam. ”Ibu, dia ada disini kan?”
Ibu hanya mengangguk, tersenyum paksa. ”Iya, dia ada disini!”
“Dimana dia bu? Aku pingin melihatnya, sebentar nggak apa-apa deh!” Bujukku.
Ibu meminjam cermin genggam yang sejak tadi dibawa suster, lalu diperlihatkannya permukaan cermin yang bulat kepadaku. ”Dia akan selalu ada bersama kamu!”
Dan saat itu aku baru sadar, binar mata bening nan sejuk yang selama ini mempesonaku kini ada di mataku. Saat itulah aku merasa bodoh.
”Nggak mungkin!” Aku syok, terpukul, lemas menyadari kenyataan yang dihadapkan padaku. Kenapa mata ini ada di mataku? Lalu dimana si pemilik mata ini? Ligo yang aku cintai, ia lebih pantas memakai matanya ini.”Bu, jangan bohong! Ligo dimana? Dia nggak apa-apa kan?”
“Maaf!” Dokter menyela kepanikanku. “Arligo Maradian, ada sebagian tulang rusuknya yang patah dan menusuk ke lambungnya! Ia sempat sadar dan meminta matanya didonorkan kepadamu, tapi…nyawanya tak terselamatkan!” Jelasnya dengan raut dingin.
“Nggak mung-kin!” Aku menggeleng, air mataku menetes, inilah pertama kalinya air mataku begitu mudah menetes bagai gerakan refleks. “Tapi dia sempat membopongku untuk menolongku!”
“Mungkin…karena itulah luka robekannya tambah besar!” Dokter menambahkan dengan sadis.
“Nggak! Dokter bohong kan!” Rasa bersalah menghantamku ke jurang kesedihan yang paling dalam. Aku baru sadar begitu banyak pengorbanannya padaku, bahkan sebelum kecelakaan ini. Aku baru sadar kebaikan hatinya…justru saat aku telah kehilangan dia. Aku meraung histeris, kalap, mencoba kabur untuk melihat jasadnya. Aku rindu wajah tampan itu, senyum jahilnya, mata nakalnya.

Aku menatap nelangsa semua furniture di apartemen Ligo ini. Saksi bisu keakrabanku dengannya. Teringat saat aku berkunjung hanya untuk numpang menggunakan fasilitas apartemennya, berenang, fitness. Saat ia mengerjaiku jahil dan aku mengejarnya ke seantero ruangan ini. Di belakangku, tante Marina, ibunda Ligo seolah menuntunku.
”Kenapa tante mengajak aku ke sini?” Pertahananku mulai runtuh, kesedihan mendalam kembali menyergapku.
”Agar kamu tahu kisah sebenarnya dibalik ‘hari itu‘!” Tante tersenyum lemah. Aku menelengkan kepala, mendapati arti ‘hari itu’ yang disebut tante, hari kejadian kecelakaan itu. Aku menyesalkan pertengkaranku dengan Ligo, justru kenangan buruk yang kutorehkan di akhir waktunya. Tante Marina mengajakku ke ruangan kamar Ligo.

Aku memandangi meja bercermin itu, merasa aneh mendapati kotak make-up besar tersedia diatasnya. Aku mendekati, menyelidiki. Di sebelahnya tergeletak lemas dompet kesayangan Ligo, yang selalu dibawanya. Rasa rindu menjalari tanganku dan memerintahkannya untuk memegangnya, membukanya, dan kudapati tiket resital baletku tersimpan rapi di dalamnya bagai harta berharga. Aku belum mengerti makna semua ini, tapi tante Marina mengajakku ke depan lemarinya dan menyuruhku membukanya. Ketika kubuka, aku terkejut mendapati sebuah kostum balet yang sangat indah tergantung cantik, kostum terindah yang pernah aku lihat. Dadaku sesak, ternyata Ligo sama sekali tidak egois.
“Ligo sudah sering cerita ke tante tentang ketidaksukaannya dengan kesibukan baletmu. Tante sudah coba menasihatinya agar memandang lebih bijak!” Tante Marina mulai bercerita. ”Kamu tahu apa alasannya tidak suka melihat kamu di resital balet?” Tante Marina membelai rambutku, aku menggeleng pedih. ”Ia pernah kan sekali ke resital baletmu, dan ia dikagetkan dengan penampilanmu yang berubah luar biasa cantik. Ia benci mendapati penampilan itu bukan khusus dipersembahkan untuknya. Ia bercerita seolah kamu tiba-tiba menjelma menjadi peri yang memancarkan cahaya kemilau di atas panggung bersama para pemuda-pemuda dengan tampilan yang tak kalah cemerlang dan ia merasa bagai pungguk merindukan bulan. Kamu seolah hanya menjadi makhluk khayalan dan ia hanyalah satu dari sekian banyak penonton yang tidak dapat menggapaimu di panggung, hanya bisa duduk menontonmu. Melihatmu bersenang senang dalam cerita khayalan di panggung dengan tampilanmu yang memikat dan ia bukan apa-apa, melihatmu menjadi bintang dan membuatnya merasa tidak bisa menggapaimu, ia merasa bagai di dua dunia yang berbeda!“ Tante Marina tersenyum pedih, matanya berkaca-kaca. “Anak itu memang manis kalau sedang cemburu!“
Aku tidak tahan lagi, tidak menyangka alasan ketidaksukaannya itu sangatlah manis. Aku rindu wajah cemburunya, cemberut ngambeknya.
“Tapi akhir-akhir ini dia berhasil tante buat menyesal ! Dia berjanji akan meminta maaf padamu dan seperti biasa, memberi kejutan manis khasnya. Bahkan katanya ia sudah belajar menahan diri untuk tidak menonjok pria yang menjadi pasanganmu di panggung!“ Tante Marina terkekeh sedih. “Ia berencana membawamu kesini hari itu untuk mengungkapkan penyesalannya, dan ini semua ia persiapkan…agar kamu bisa berdandan disini dan berangkat ke lokasi bersamanya. Ia ingin mengamati proses metamorfosamu menjadi peri yang cantik disini, agar ia bisa menjadi orang pertama yang melihat perubahanmu itu, setidaknya ia ingin merasa kamu berdandan menjadi cantik untuknya, bukan untuk para penonton.“
Aku membekap mulut, tangisanku bertambah kencang. Pandanganku sampai buram karena mataku digenangi air mata. Aku lupa kebiasaan manisnya ini, aku ternyata tidak begitu mengenalnya, tidak ingat kebiasaannya. Padahal sudah sejak lama aku mengenalnya, ia memang suka memberi kejutan-kejutan kecil, aku teringat lagi masa lalu kami. Saat kami kelas 5 SD dan belum mengenal arti cinta yang sesungguhnya.

Aku mengenakan seragam SDku dan naik sepeda Ligo, saat itu kami dalam perjalanan ke sekolah. Aku melihat toko roti langgananku, aku tertarik untuk berkunjung nantinya.
“Pulang nanti aku mau beli kue-kue disana ah! Kayaknya enak!“ Gumamku polos.
“Apa? Jangan! Kamu nggak boleh makan kue dulu!“ Larang Ligo keras.
Aku tersentak, “Kenapa?“ Tanyaku bingung.
“Nanti kamu tambah gendut loh, aku nggak suka!“ Cemberutnya lucu. “Lagipula aku dengar sekarang kue banyak mengandung bahan berbahaya, hati-hati loh!“ Bujuk Ligo asal.
“Emang iya ya?“ Aku yang polos mencoba mempercayainya.
Seharian aku menahan diri untuk tidak makan kue yang dijual di sekolah. Ligo juga seolah menahanku untuk tidak membeli dan memakan kue di kantin. Tapi ketika pulang sekolah aku sudah tidak tahan. Semakin aku coba untuk menahan, justru membuatku semakin teringat dan pingin. Aku memutuskan pulang sekolah sendiri untuk menghindari pantauan Ligo. Aku sudah hampir memasuki toko roti yang tadi pagi kulewati ketika seseorang menarik tanganku.
“Kamu mau ngapain kesini?” Tanyanya, ternyata itu Ligo.
“Aku udah nggak tahan Ligo, aku pingin beli kue!” Keluhku.
“Nggak boleh!” Larangnya galak, “Sini kamu ikut aku!” Paksanya sambil menyeretku ke sepedanya.

“Waaah!” Aku terkesima melihat meja yang dipenuhi berbagai kue yang terlihat enak. Ternyata ia mengantarku ke rumahnya, tepat disaat ibunya memasak berbagai jenis kue.
“TARAAAA! Mamaku janji hari ini mau bikin kue! Nih, kamu bisa puas-puasin makan kue disini! Kamu pasti kangen nyicipin kue kan karena dari tadi nahan diri? Nah berarti kamu bisa bantuin aku habisini kue ini!“ Ia tersenyum tengil, senang melihat keterkejutanku.Ternyata ia menahanku untuk tidak makan kue agar aku bisa lebih lahap dan nafsu memakan kue buatan ibunya ini. Rasanya jadi lebih menyenangkan memakannya setelah tadi sempat menahan diri, terasa lebih enak juga!
“Kamu nggak boleh banding-bandingin rasa kue ibuku dengan kue buatan orang lain ya! Kue ibuku harus jadi yang paling enak!” Peringat Ligo lucu.
Aku mulai mengerti saat itu. Ia melarangku memakan kue lain sebelumnya agar lidahku tidak membanding-bandingkannya dengan rasa kue lain. Ternyata ia cuma mau aku menghargai kue buatan ibunya lebih dari kue lain, karena seharian aku belum makan kue tentu saja kue itu berhasil jadi kue yang paling enak dilidahku. Ligo begitu mencintai ibunya, begitu menyayangiku, dan punya cara aneh untuk mengekspresikannya. Aku kangen kejutan anehnya itu.

Aku masih terpaku di tanah perkuburan ini. Merasa waktu seolah menghilang. Aku tenggelam dalam dunia tak berdasar ketika menyadari aku tidak bisa lagi menjumpai tatapan mata bening nan jahil itu. Aku ingin melihat mata indah yang bersinar nakal itu.
“Seperti biasa, kamu terlalu mendramatisir keadaan deh! Aku masih disini kok, nggak kemana-mana!“ Aku terkejut mendengar suara bernada tengil yang kukenali itu.
“Ligo?“ Gumamku terkejut menjumpainya di sebelahku. “Kamu kenapa disini? Bukannya kamu sudah pergi?” Heranku. Aku sangat bahagia dapat kembali melihatnya, bahkan tidak sempat menalar dengan logika. Aku tidak perduli walaupun kejadian ini diluar nalar, yang penting aku masih bisa menemuinya sekarang.“Dibilangin, aku nggak akan pergi kemana-mana!” Ligo tersenyum lembut. “Atau kamu lebih senang kalau aku pergi?” Tawarnya ngambek.
“Kamu janji ya, nggak akan tinggalkan aku lagi?” Aku terlalu takut ia tinggalkan kembali, aku ingin selalu bersamanya. Aku tidak peduli walaupun sosok didepanku ini hanyalah bias permainan cahaya, ilusi mata ataupun jiwa tanpa raga. Yang terpenting aku dapat selalu melihat mata bening nan nakalnya. Aku butuh dia, aku ingin terus bersamanya.
“Iya aku janji!” Suaranya begitu menenangkan. Aku puas bisa terus bersamanya, bahkan aku tak keberatan kalaupun aku sudah mulai gila. Biarkan ia menghantuiku seperti arwah Giselle yang menghantui pangerannya tercinta

kalau cinta jangan malu

Rere murid kelas IIA,”SMU Harapan” yang memiliki bakat menyanyi, dan pandai bermain gitar sehingga Rere di kenal sebagai musisi di sekolah tersebut. Di tahun ajaran baru, Rere menunjukkan bakatnya untuk menarik perhatian semua murid di sekolah itu, khususnya Cewek Cantik. Rere pun dikenal sebagai Dewa Gombal yang memiliki jiwa periang juga ramah sehingga orang yang baru kenal langsung menyukainya.“Jeni adalah murid baru yang berkulit putih, rambut panjang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, bibir merah, dan hidung mancung. Satu lagi “CANTIK” yang menarik banyak perhatian para cowok-cowok di sekolah tersebut. Rere mengagumi Jeni, Rere pun langsung menghampiri Jeni tapi baru 5 langkah, 3 cowok kelas III datang dan berkenalan dengannya sehingga Rere pun menarik Nafas dan menahan keinginannya untuk berkenalan dengan Jeni.Dua jam berlalu, Rere menahan keinginnya untuk berkenalan dengan Jeni, Bel pulangpun sudah berbunyi, Dari kejauhan Rere melihat Jeni dan tidak untuk menghampirinya karena banyak cowok yang antri ingin berkenalan degan Jeni. Rere pun menahan keinginan dan menahan angan-angannya terhadap Jeni.Keesokan harinya tepatnya pukul 05.00, Rere bangun tidur dan menyempatkan untuk sholat subuh sebelum ia pergi sekolah, setelah selesai sholat subuh Rere langsung pergi kesekolah tanpa mandi hanya sikat gigi dan cuci muka karena ada sesuatu yang diinginkan yakni melihat Jeni dan berkenalan dengannya.Ibu : Rere kamu sudah mandi belum? Tumben kamu cepat mandinya,”kata ibu”Rere : Aku belum mandi bu, tapi pagi ini dingin sekali akukan takut dengan dingin, kata Rere.Mendengar omongan itu ibu Rere memakluminya karena Rere punya penyakit yang sangat sensitive dengan suhu yang dingin. Sebelum berangkat kesekolah seperti biasanya ibu menyuguhkan Rere sarapan sup&susu hangat agar Rere tidak kedinginan&tetap fit.Ibu : Kalau begitu, kamu sarapan dulu agar tubuh kamu tetap fit.Rere: Thanks ya bu! Aku akan melahap ini semuanya.Ibu : Itu harus, karena ibu tidak mau kamu nanti……,ibu terdiam sejenak.Rere: Kenapa bu…sepertinya omongan ibu tadi tanggung deh.Ibu : Tidak, kalau tidak habiskan siapa yang mau makan, kan mubazir.Rere: Ya, nggak mungkinlah bu, Rere bukan anak kecil lagi.Ibu : Hmmmmmm…..“Setelah sarapan, Rere pun langsung bergegas untuk pergi kesekolah karena ada sesuatu yang diinginkan nya, Tepat pukul 06.00 kebiasaan yang dilakukan olehnya untuk pergi ke sekolah adalah pukul 06.45 tapi kali ini jauh lebih cepat.Rere : Bu, Rere pergi dulu ya?Ibu : Rere tunggu sebentarRere : Ada apa bu, mau tambah uang saku Rere ya!Ibu : Rere……Kamu harus pakai Jaket inikan masih subuh pastinya di luar dingin kamu kan gak bias terlalu dingin.Rere : Sekali lagi thanks ya bu? Bu, Rere pergi dulu ya? “Assalamualaikum”Ibu : “ Waalaikumsalam”Setibanya disekolah, ia melihat keadaannya masih sangat sepi sambil menunggu teman yang lainnya ia pun duduk di taman sekolah. Tidak lama kemudian Ia melihat Dewa teman sekelasnya sambil membawa gitar. “Wah……ini yang kun anti-nanti teman dan gitar”.Rere : Pagi Dewa…….Dewa: Pagi Re, tumben kamu cepat banget nyampaknya?Rere: Ya!aku hanya ingin menghirup udara pagi di sekolah ini. Sepertinya tahun ajaran ini lebih baik dari yang sebelumnya.Dewa: Benar tuch…apa lagi kita kedatangan murid baru yang dari ujung rambut sampai ujung kakinya pas banget….Rere: Apa….sekelas kita”Rere Terkejut”Dewa: Ya, emang kenapa” Kok kamu agresif buanget seh. Pa kamu suka ya ma anak tu,,,,Rere: Gak ah…emangnya Tanya aja ga’ boleh?Dewa: Tanya pa Tanya???Melihat tingkah dewa, Rere bertanya-tanya dalam hati dan mulai menyadarinya. “Apa aku suka dengan Jeni ya?, “Apa ini yang Namanya Cinta?dan Apa aku telah Jatuh Cinta? Lama kelamaan Melamun, Dewa menegur Rere.Dewa: Rere, tegur dewa. Namun Ia tetap diam.Melihat Rere tak menjawab, akhirnya Dewa memanggilnya dengan suara yang keras.”RERE……………..”Rere: Hah apaan sih,’sahut Rere’Dewa: Habis kamu aku panggil diam melulu seh, kamu menghayal ya….Rere: Hah, tidak. Aku belulm siap buat tugas yang disuruh oleh ketua OSIS, jadi aku rada-rada bingung.Dewa: Boleh aku Bantu?Seperti apa sih bingungnya?Rere: Tidak , tidak usah .Biar aku mengerjakan sendiri saja.Rere: Udah lah , “Sekarang aku mau main tu gitar,Boleh g’? Ya sambil menghilangkan suntuk.Dewa: Oh…ya aku vokalnya ya?Rere: Boleh…………Lagi asyik-asyiknya bersantai, tiba-tiba terlihat sesosok wanita berkulit putih, rambut panjang, dan cantik memasuki pintu gerbang sekolah. Dengan ramah dan senyum nya yang membuat perhatian banyak orang, Khususnya cowok-cowok yang jomblo dan para pacarnya takut akan pindah kelain hati. “Siapa lagi kalau bukan Jeni”Dewa: Kamu lihat yang itu Re???Rere: ……(Diam)Dewa: Rere”Nadanya kencang”Rere: Ya…ya aku melihatnya,dengan sedikit emosi .Dewa: Lihat tuch Re….,sapa dewaRere: Aduh ….tobatlah-tobatlah, malaikat telah mencatat amal burukmu,’candanya’Dewa: Ya….Ustadz apakah dosa ini dapat terhapus atau dimaafkan.Rere: Hanya tuhan yang tau, sekarang kita samperin tu cewek, selagi masih rada-rada sepi.Dewa: hmmmm, kurang asem lo…Selangkah demi selangkah mereka mendekati jeni yang lagi duduk sendiri di bawah pohon Cherry, sambil membaca novel.Dewa: Hai….,(agak gerogi), Boleh kenalan g’?Jeni : Hmmm, Boleh aja tuch(nadanya halus).”JENI”Dewa: “DEWA”Dewa: Senang berkenalan dengan kamu!Jeni: Oh ya…sama donk.Dewa: hah, kamu senang kenalan dengankuJeni: Emanya kenapa???Dewa: G’biasa aja lagi…oh ya kenalin ini temenqu, kami berdua sekelas.Jeni: Kelas berapa?Dewa: Kelas IIAJeni: Oh ya, sama donk.Detik-detik terakhir sesuatu yang diinginkan Rere akan berakhir.Rere: Nama aku RereJeni: Aku JeniDi dalam perkenalan tersebut terjadinya jabat tangan yang lama dan saling memandang, juga saling memberikan senyuman diantara keduanya. Kemudian…Dewa: Hei, lama banget seh…Rere: Sorrya JeniJeni: G’ apa-apa koq Re.Rere: Kamu pindahan dari mana?Jeni: Dari Medan dan asliku juga dari Medan , kalau kamu?Dewa: Wah Medan, aku juga pindahan dari sana dan asliku juga sama.Jeni: Sama donk….Tib-tiba terdengar suara panggilan yang menyerukan nama Dewa, yakni TIKA pacar Dewa yang memintanya untuk menemaninya breakfast in Canteen.Tika: Dewa, temenin aq makan donk.Dewa: Iya…ya sayang, yuk kita makan. Tinggal sebentar yach…Jeni: Kamu jadian ama tika ya….Dewa: Ya begitulah…Jeni: Hati-hati ya…Dewa: YOASemakin di tinggal Dewa, Rere semakin deg-degan dan terdiam terpaku.Jeni:Rere…Kamu kenapa kok tiba-tiba diam.Rere: Haaa..mmm, kamu….Jeni: Apaan seh…Rere: aaam ,,,eee,, enggak kamu?Jeni: Apaan seh Re, aku penasaran ne? ngomong apa, enggak apa-apa lagi.Rere: Tapi kamu mau engga, kamu marah enggakJeni: iiiih, kamu koq aneh gituRere: Aneh ya?Jeni: Enggak tau….ngomong donk Re…apaan sih(nada lembut)Mendengar kata-kata yang lembut dari Jeni, Rere pun jadi percaya diri walaupun dengan sedikit salah tingkah.Rere: Kamu senang g’ sekolah disiniJeni: Rere…Kamu Cuma Tanya gitu aja, pake gerogi segala.Rere: Enggak ah , sebenarnya aku mau Tanya kamu….kapan-kapan aja deh.Jeni: Kapan-kapan, terus ….aku Bantu ne.Rere: Kita, tapi kamu bisa g’Jeni: Ya ampun Re, entar kalau bisa/g’ nya juga aku bilang koq.Rere: Gitu ya….Jeni: G’ Tau..Melihat jeni yang sepertinya sedikit agak bosan akhirnya Rere benar-benar mengatakan yang sebenarnya…Rere: Jeni! Kamu mau g’ ntar hari senin nonton bareng aq, ya…sambil mengakrabkan perkenalan kita! Mau g’…Jeni: MMMM, Gimana ya? Tapi aku…aduh, nonton ya? (Nadanya kurang asyik)Rere:: Ya nonton, filmnya bagus loh DRAMA ROMANTIS judulnya BUTTERFLY. Kamu mau g’Jeni: Hari senin ya…gimana ya?Rere: G’ bisa ya, ya udah kalau kamu g’bisa g’pa2 koq.Jeni: Maaf ya Re, Aku sebenarnya akuRere: Kamu kenapa, pa g’dikasih ma ortu/ada janji sama pacar kamu ya?Jeni: Bukan, Maksud aku, aku….aku…Rere: Kenapa? Ngomong aja g’pa2 kok jen. Cepetan kenapa? Aku penasaran nih?Jeni: Sebenarnya aku, sebenarnya aku bercanda&mau koq.Rere: Apa, kamu serius neh, tapi tadi kamu koq kayak gimanya gitu!Jeni: Habis, kamu duluan sih gitu jadi aku g’ mau kalah donk.Rere: Tapi kamu seriuskan bisa?Jeni: Iya…iya, 2 rius lagi.Keakraban tak disangka-sangka sesuatu yang dianggap sulit dapat berubah menjadi mudah dan lancar baru saja berkenalan Rere&Jeni sudah sangat dekat seperti sudah kenal lama.Dalam Keakraban tersebut mereka tak menyadari kalu kelas-kelas dan halaman sekolah sudah dipenuhi murid-murid. Tak lama kemudian bel pun menyusul pertanda masuk kelas dan belajar.Jeni: Yah … Udah!g’ terasa ya cepat banget yuk, kita masuk yuk?Rere: E’eh tapi bentar dulu aku mau bilang satu lagi! Senang berkenalan dengan kamu.Jeni: ah kamu bisa aja re, kamu juga baik koq. Sepertinya kita cocok kok untuk terus akrab dan aku senang banget berkenalan dengan kamu.Rere: Oh, iya sudah masuk. Yuk kita masuk.Setelah masuk ke kelas semua teman-teman yang kelihatannya cukup akrab dengan jeni dan begitu juga jeni yang akrab dengan Rere. Teman-temannya ngeledekin dengan julukan “DEWA GOMBAL” dan Jeni tetap relax dan g’ marah , juga bersikap dewasa kalau temannya bercanda.Rere pantas diledekin karna bolak-balik ganti pacar itu karena setiap cewek yang di pacari selalu pergi seperti pindah-pindah tempat tinggal yang jauh, pindah sekolah, dan pergi untuk selama-lamanya, karena sakit semua itu bukan karena kebosanan di antara mereka/ pertengkaran , tapi karena cinta g’ selamanya indah

kekasih untuk kekasih ku

Aku terdiam. Tak ada yang bisa aku lakukan. Melihat wajah dan mata eliza yang memerah karena amarah. Aku hanya bisa terdiam dan terus membisu. "sekarang aku tau apa maumu!" kata eliza."kamu mau aku dengan zaky jadian kan? Kamu mau kami pacaran kan?" lanjut eliza denganpenuh emosi."Ok, kalau itu maumu! Aku akan turuti. ku harap kau tidak menyesal dengan kekonyolanmu ini" Sambung dia.Air matanya mulai deras mengalir dari pinggir matanya."Hiks...hiks..hiks.."tangisannya terasa sangat dalam sekali. Menusuk-nusuk hatiku. Merobek jantungku. Mengkoyak-koyak isi perutku hingga terasa mual. Dan tanpa terasa mataku juga mengeluarkan air yang sama yang juga keluar dari mata indah eliza.Setelah beberapa lama. Suasana hening. Yang terdengar hanya tarikan nafasnya yang dalam. Dia mulai mengatur emosinya yang sedari tadi meluap-luap. Kulihat ada setitik kekesalan di wajahnya.Eliza beranjak dari tempat duduknya."Liz!" aku memanggilnya lirih.lalu, dia berhenti tanpa menoleh kepadaku sama sekali."ada apa?" tanyanya sisnis."aku mencintaimu"Eliza tidak membalasnya. Dia lalu pergi begitu saja. Menjauh dariku. Semakin lama, semakin jauh hingga akhirnya dia menghilang dari pandanganku. Tinggallah aku sendiri. Sepi dan sunyi sudah pasti akan menemaniku. Esok, lusa atau bahkan selamanya.Aku terima kekesalannya padaku. Dia memang berhak marah, kesal atau bahkan membenciku.Apa yang ku lakukan pada eliza memang terlihat konyol. Bahkan sangat konyol dan tolol. Siapa yang tidak heran jika ada seseorang yang merelakan wanita yang sangat dicintainya untuk orang lain. Padahal wanita itu juga sangat mencintai dia.Sama sepertiku, Aku juga menjodohkan eliza - kekasihku - dengan zaky,sahabatku yang baru setengah tahun ku kenal. Tentu dia heran dengan sikapku ini. Dia pasti tidak habis pikir dengan apa yang aku lakukan. Dia pasti menganggap aku ini sudah gila.Tidak hanya dia saja. Joni, sari dan deni yang selalu mendukungku saja kini berbalik menyayangkan tindakanku, bahkan mereka menganggapku sudah gila. Tapi aku punya alasan lain, alasan yang menurutku terbaik bagi eliza.Aku takut dia tidak bahagia nantinya. Aku tidak mau dia menangis bila terus bersamaku. Aku juga tidak mau dia menangis ketika dia tahu bahwa aku tengah sakit keras. Aku tidak mau dia menagisi aku yang semakin lemah oleh penyakit keras yang sudah 1 tahun ini menggerogoti kesehatanku. Aku juga tidak mau dia meratapi aku yang tidak lama lagi akan terbujur kaku di keranda mayat. Aku tidak mau dia seperti itu. Oleh karena itu aku menjodohkannya dengan sahabatku. Agar suatu saat nanti ketika aku mati, dia telah bahagia dengan yang lain. Dia tidak perlu merasa sepi dan sendiri karena aku mati.Dua bulan berlalu, sakit yang ku derita semakin parah. Seluruh tubuhku terasa sangat lemah. Mungkin inilah detik-detik terakhir dalam hidupku. Waktu dimana aku harus kembali kepada Sang pencipta. Walau begitu, aku tetap bahagia. Usahaku ternyata tidak sia-sia. Menjodohkan eliza dengan zaky adalah pilihan yang tepat. Aku yakin itu.5 minggu lalu mungkin dia masih kesal denganku. Tidak pernah kulihat senyumannya lagi saat itu. Aku sempat menyesali keputusanku. Tapi ternyata zaky mampu merubah sikap eliza itu. Zaky memang orang baik dan lembut hatinya. Dia bisa memperlakukan eliza dengan sangat lembut hingga akhirnya hati eliza pun luluh. Aku melihat wajahnya kembali dan selalu berseri, senyumnya pun semakin lebar. Ku melihat Eliza sangat bahagia, bahkan lebih bahagia ketimbang bersamaku dulu.3 bulan lagi dia akan menikah dengan zaky. Dia memberitahuku lewat telepon. Dia tidak bisa menemuiku yang sudah 2 minggu berada dirumah sakit karena kesibukannya mengurusi pesta pernikahannya dengan Zaky. Aku mengucapkan selamat kepadanya. Aku juga bilang padanya bahwa aku mungkin tidak bisa hadir karena kesehatanku belum pulih. Bahkan mungkin tidak akan pernah pulih. Aku tidak yakin akan bertahan sampai selama itu dengan penyakitku yang kurasa semakin bertambah parah ini. Aku hanya bisa mendoakan mereka dari tempatku berbaring sekarang. Setidaknya aku melakukan sesuatu dan mungkin yang terakhir untuk Eliza dan Zaky.