Disini aku duduk lesehan dibawah batang mangga, dipinggir kolam. Sambil melihat indahnya bintang-bintang pada mam ini. Aku duduk sendiri ditemani oleh gitarku yang setia menemaniku kapanpun dan dimanapun, dan juga di temani oleh kucingku (cemong, bolot dan ocil)
Maklum dach aku hanya bisa ditemani oleh apa yang ada dirumahku. Jah udah resiko tuch, jadi anak tunggal.
Hidup sebagai anak tunggal bagiku bukanlah hal yang sangat sulit bagiku. Memang bagi sebagian orang cukup aneh hidup seperti itu. Tapi bagiku itu adalah sesuatu yang sudah aku lalui bertahun-tahun hingga aku hidup sekarang.
Aku teringat akan suatu hal. Aku pernah bercerita tentang kehidupanku dengan seorang guruku. Dia adalah guru yang baik. Dia mengerti dan dia sangat care terhadapku. Namanya adalah ibuk “mulya hastuti”. Meskipun didalam ataupun di luar sekolah aku sempat saja bersendagurau dengannya. Aku memanggilnya dengan sebutan “kakak” tetapi dia marah apa bila aku memanggilnya kakak, kalau masih dalam keadaan bersekolah.
Aku bercerita tentang kehidupan pribadiku kepadanya. Mungkin banyak orang yang belum mengetahui kehidupan pribadiku. Aku hany bercerita kepada orang yang mungkin sudahku anggap seperti saudaraku sendiri.
Waktu aku selesai bercerita kepadanya dia langsung mengeluarkan kata-kata “SUBBAHANALLAH”. Aku bingung akan kata-kata itu. Hatiku terus bertanya apakah kata-kata itu termasuk kagum, kaget, heran. Ternyata dia mengeluarkan kata-kata tersentak kagum mendengar ceritaku.
Dia mengatakan bahwa aku adalah orang yang tegar. Karna wajahku, tingkah lakuku, tidak menunjukkan ada sesuatu yang kurang dariku. Terkadang orang yang memiliki semuanya, memiliki keluarga lengkap, harta yang berlimpah, mungkin kehidupannya bisa hancur.
Entahlah dari kecil aku merasa ada sesuatu yang hilang pada diriku. Sesuatu yang tidak aku miliki seperti anak-anak yang lain. Yaitu “ayah”.
Ayahku dan ibuku berpisah sejak aku berumur 6 bulan. Entahlah aku bisa mengatakan alasannya disini. Dulu sebelum ibuku buat rumah sediri aku tinggal dirumah kakekku sampai aku kelas 1 SD. Disana ada pamanku dan tanteku. Mereka sangat baik padaku. Karna ibuku berprofesi sebagai guru, waktu luang yang ibuku miliki sangat sedikit untukku. Itupun mencari makan untukku.
Pamanku dia mendidikku seperti anak lelaki, aku disuruh bersikap tegas, bersikap kuat, maklum pamanku dia seorang polisi. Pamanku sangat sayang kepadaku, dia berusaha melengkapi kekurangan yang ada pada diriku. Dia selalu berusaha menggantikan posisi ayah bagiku. Oleh karna itu paman dan tanteku dapatku anggap sebagai orang tuaku.
Emm. . .entah dimanakah ayahku berada? Disini aku hanya bisa menatap bintang yang jauh disana. Sambil berdo’a didalam hati.
Seandainya bintang itu dapatku gapai, seandainya bintang itu dapatku raih. Akan ku bawa, ku simpan, dan akanku jadikan sebagai pelengkap hidupku yang tidak sempurna ini.
Terkadang aku ingin sekali menangis, karna hatiku yang keras. Air mata itu pun susah dikelurkan. Aku tidak mau berfikiran aku adalah orang yang paling sengsara, aku adalah orang yang paling merana, aku adalah orang yang paling menderita didunia. Aku tidak mau mengatakan hal itu. Karna aku tau masih banyak diluarsana, orang yang tidak memiliki apa yang aku miliki, masih banyak disana orang yang memiliki kehampaan jiwanya.
Setiap tahajudku aku selalu berdo’a. agar aku dapat meneruskan cita-cita ibuku, aku menjadi anak yang soleh ta’at dan patuh terhadap orang tua. Aku ingin menjadi anak yang dapat membanggakan orang tuaku, keluargaku, teman-temanku. Aku tidak ingin karna kekuranganku aku jadi malu, aku jadi takut, aku jadi lemah, tapi kekurangan yang ada pada diriku aku jadikan sesuatu kelebihan pada diriku. Aku masih punya sahabat yang bisa mendukungku (thank’s ya mery, tha, tika dll) mendengarkan curhaku, meberikan pendapat akan masalahku, memberi aku semangat. Terimakasih ya allah engkau telah memberikan hal yang terindah bagiku, dan memberikan cintamu di balik tahajudku.
Sabtu, 27 Juni 2009
"cinta" dibalik "tahajudku"
Diposting oleh dengarkan di 06.01
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Ima.. terharu jadinya baca cerita imah ni... Mana Bawa-bawa nama saya pulak tuw... Hehehe.. Apa kabarnya imah...???
Posting Komentar